Pernah merasa uang jajan anak cepat habis tanpa jejak? Atau kebiasaan belanja tanpa sadar itu jauh lebih dulu muncul dibanding pelajaran “buat anggaran” di sekolah? Faktanya, pengelolaan keuangan pribadi adalah mata pelajaran yang sangat dibutuhkan—namun sering terabaikan di kelas formal.
Di jurnal Frontiers in Education, kajian terbaru menyoroti bagaimana program literasi keuangan untuk anak dan remaja memiliki komponen kunci seperti pembelajaran berbasis pengalaman, alat digital, dan keterlibatan orang tua—semua berdampak meningkatkan pemahaman dan perilaku keuangan sehat sejak dini (Frontiers).
Selain itu, penelitian di International Journal of Emerging Research menunjukkan bahwa program tabungan sekolah—seperti kerja sama dengan bank lokal—reaktif mengajarkan anak-anak menabung, bersabar, dan membedakan antara kebutuhan dan keinginan (ijoerar.net).
Review naratif lain menegaskan bahwa intervensi pendidikan keuangan secara signifikan memperkuat literasi, kesiapan menghadapi risiko utang, dan inklusi finansial anak sejak usia sekolah (AP News, The Washington Post).
Mengapa topik ini begitu relevan? Hampir semua orang tua ingin melihat anaknya tumbuh dengan kebiasaan menabung, mampu membuat keputusan bijak, dan mengenali kapan utang bisa menjadi alat—bukan beban.
Konsep dasar yang esensial:
Langkah 1: Mulai dengan Cerita
Gunakan cerita sederhana—misal target mainan dengan harga X—agar anak belajar menabung dan mencapainya, bukan langsung minta.
Langkah 2: Anggaran Visual
Gunakan toples bertanda “tabung”, “pakai”, “bagi” agar anak melihat pembagian uang secara visual.
Langkah 3: Konsep Utang Sederhana
Meminjam pena dari teman untuk belajar itu “utang baik” karena mendukung pembelajaran, sedangkan meminjam gadget untuk main online terus-terusan itu “utang buruk”.
Langkah 4: Gunakan Alat Digital
Tunjukkan aplikasi sederhana yang menunjukkan saldo “virtual” anak—ini bisa diintegrasikan dengan sistem sekolah modern seperti software keuangan sekolah atau SIM sekolah agar anak juga belajar transparansi dan akuntabilitas.
Untuk orang tua siswa, tantangannya bukan hanya mengajarkan apa itu uang, tapi juga bagaimana menciptakan kebiasaan sehat di dalam keluarga. Teknologi bisa jadi teman: portal komunikasi sekolah seperti sistem informasi sekolah dan aplikasi sekolah terintegrasi memungkinkan orang tua melihat kebijakan sekolah tentang literasi finansial, materi tambahan, atau kegiatan pembelajaran karakter.
Bersama-sama, mari kita lengkapi pendidikan formal dengan pelajaran keuangan yang aplikatif. Karena membentuk anak cerdas bukan hanya tentang pelajaran akademik—tapi juga tentang mereka siap menghadapi dunia nyata dengan bijak finansial.