Ketika berita OTT Wamenaker Immanuel Ebenezer oleh KPK terkait dugaan pemerasan menyeruak, banyak dari kita tercengang. Bagaimana mungkin seseorang yang cerdas, berpendidikan, dan berada di posisi strategis bisa terjerumus dalam kasus yang memalukan? Ini adalah pengingat pahit bahwa kecerdasan tinggi tidak menjamin karakter yang kuat. Tanpa integritas, secanggih apa pun otak kita, langkah kecil bisa mengarah pada kehancuran besar.
Sekarang bayangkan anak-anak kita. Mereka tumbuh di dunia digital, menguasai teknologi sejak dini, tetapi apakah mereka siap menghadapi ujian karakter di masa depan? Jangan sampai kita mengulangi kesalahan yang sama—mengagungkan IQ dan mengabaikan nilai-nilai luhur.
Dalam era di mana jari-jari kecil lebih mahir menggeser layar daripada memegang pensil, kita dihadapkan pada pertanyaan krusial: apakah kita hanya menginvestasikan masa depan mereka pada penguasaan teknologi, sementara membiarkan karakter mereka tergerus? Teknologi memang membuka gerbang informasi dan peluang tanpa batas, tetapi di balik cahayanya, ada bayangan gelap: hilangnya empati, kecanduan digital, dan krisis identitas yang diukur dari jumlah “like” dan “followers.”
Profesor psikologi Angela Duckworth menegaskan:
“Apa yang kita butuhkan untuk sukses bukanlah kecerdasan yang cemerlang, melainkan kombinasi khusus dari semangat dan ketekunan yang kita sebut kegigihan (grit).”
Kegigihan, rasa tanggung jawab, dan integritas—itulah yang harus kita tanamkan.
Howard Gardner, sang pakar teori kecerdasan majemuk, juga mengingatkan:
“Pekerjaan masa depan bukan lagi tentang kecerdasan murni, tetapi tentang ‘lima pikiran’ yang saling melengkapi: pikiran disipliner, pikiran sintesis, pikiran kreatif, pikiran yang terhormat, dan pikiran yang etis.”
Artinya, tanpa karakter yang kokoh, secanggih apa pun teknologi yang mereka kuasai, mereka akan rapuh menghadapi badai kehidupan.
Namun, bagaimana caranya agar teknologi tidak merampas jiwa anak-anak kita?
✅ Gunakan Teknologi untuk Mendidik Karakter, Bukan Sebaliknya
Sekolah saat ini memiliki peluang emas untuk memanfaatkan teknologi secara bijak. Misalnya dengan sistem informasi sekolah yang bukan hanya mencatat nilai, tetapi juga perkembangan perilaku siswa.
✅ Kolaborasi Orang Tua dan Sekolah Lewat Digitalisasi
Dengan hadirnya manajemen sekolah digital dan aplikasi sekolah terintegrasi, komunikasi orang tua dan guru semakin transparan. Kita bisa mengetahui bukan hanya nilai akademik, tapi juga catatan kepribadian anak.
✅ Akses Mudah untuk Semua
Teknologi juga bisa mendukung program sekolah gratis dengan sistem administrasi sekolah online yang efisien. Ada juga software sekolah dan sim sekolah yang mempermudah pengelolaan, sehingga sekolah bisa fokus membangun karakter.
✅ Fasilitas Pendukung
Mulai dari aplikasi perpustakaan sekolah untuk membangun budaya literasi, hingga software pembayaran sekolah dan software keuangan sekolah agar pengelolaan lebih transparan. Semua ini mendukung sistem manajemen sekolah yang modern dan efisien.
✅ Kelola dengan Tepat
Dengan kelola sekolah berbasis teknologi seperti software sekolah 4.0, guru dan orang tua dapat fokus menanamkan nilai moral tanpa terbebani administrasi.
Karena pada akhirnya, masa depan yang cerah tidak dibangun oleh algoritma, tetapi oleh hati yang jujur, pikiran yang terbuka, dan karakter yang kuat. Jangan biarkan teknologi yang seharusnya menjadi alat justru mengendalikan arah hidup anak-anak kita.
Mari gunakan teknologi untuk mendidik, bukan menggantikan nilai-nilai kemanusiaan. Karena dunia yang semakin canggih justru membutuhkan lebih banyak manusia yang berhati nurani.