Yogyakarta – Perubahan kurikulum nasional kembali digaungkan. Harapannya jelas: mendorong pendidikan Indonesia agar lebih adaptif, relevan, dan humanis. Tapi pertanyaan penting yang jarang diajukan adalah: apakah perubahan ini sungguh akan berdampak jika pola pikir pelaku pendidikan belum ikut berubah?
Kurikulum adalah alat. Tapi alat hanya berfungsi maksimal di tangan orang yang paham cara memakainya.
Masalah Utama: Bukan Kurikulum, Tapi Cara Pandang
Sebagai Konsultan Pendidikan dari Kamadeva Coaching Academy, saya, Gloria Sarasvati Anindya, telah mendampingi lebih dari 300 sekolah di seluruh Indonesia. Dan satu hal yang selalu muncul setiap kali kurikulum berganti adalah ini:
“Yang berubah cuma format, tapi cara guru mengajar dan kepala sekolah memimpin masih seperti dulu.”
Kurikulum baru seperti Merdeka Belajar bukan sekadar perubahan istilah. Ini ajakan untuk transformasi—dari sekadar transfer pengetahuan menjadi pembentukan karakter dan keterampilan hidup. Tapi mindset lama, seperti fokus pada nilai akhir, mengejar kelengkapan administrasi, dan mengabaikan proses reflektif, membuat kurikulum ini kehilangan dampaknya.
Insight: Saatnya Berani Ubah Cara Berpikir
Untuk menghasilkan pendidikan bermutu, sekolah perlu memulai dari dalam—yaitu mindshift para pendidiknya. Kepala sekolah dan guru perlu:
- Berpindah dari mentalitas “pengampu” ke “pembimbing”
- Berani melepas kontrol demi memberi ruang kreativitas siswa
- Melihat administrasi bukan sebagai beban, tapi alat navigasi
Perubahan mindset ini hanya bisa terjadi jika didukung sistem manajemen yang efisien dan terintegrasi.
Solusi: Kurikulum Baru Butuh Sistem Baru
Perubahan kurikulum harus dibarengi dengan kesiapan infrastruktur digital. Sistem informasi yang kuat membantu sekolah menata data, menyusun strategi, dan melakukan evaluasi berbasis bukti. Beberapa solusi digital yang bisa mendampingi transformasi ini antara lain:
- Sistem Informasi Sekolah: Untuk membangun integrasi data siswa, guru, dan aktivitas belajar
- Manajemen Sekolah Digital: Untuk memetakan visi, budaya, dan strategi sekolah
- Aplikasi Sekolah Terintegrasi: Untuk menyatukan fungsi administrasi, komunikasi, dan pelaporan
- Administrasi Sekolah Online: Untuk mengurangi beban administratif dan meningkatkan efisiensi
- Software Sekolah 4.0: Untuk mempermudah analisis data, monitoring pembelajaran, dan pelaporan digital
- Sekolah Gratis Berkualitas: Untuk mengelola sekolah dengan prinsip transparansi dan kolaborasi, tanpa memungut iuran
Semua platform ini bukan hanya solusi teknis, tapi bagian dari gerakan perubahan kultural di sekolah.
Penutup: Jangan Ganti Kurikulum, Kalau Kepala Masih Lama
“Kurikulum hanya akan seefektif cara berpikir orang yang mengimplementasikannya.”
— Gloria Sarasvati Anindya, Konsultan Pendidikan dari Kamadeva Coaching Academy
Kalau hari ini sekolah Anda ingin sukses dengan kurikulum baru, jangan buru-buru mengubah rencana pelajaran. Mulailah dari pertanyaan ini: apa pola pikir yang harus kami ubah terlebih dahulu?
Dan SISKO akan membantu menjawabnya dengan sistem yang mendukung setiap langkah perubahan Anda.