Yogyakarta, 12 Agustus 2025 – Di tengah derasnya arus teknologi informasi, sekolah dituntut untuk tidak hanya menjadi tempat transfer ilmu, melainkan juga ruang pembentukan karakter. Menjawab tantangan tersebut, Kamadeva menegaskan pentingnya mengajarkan literasi digital, keterampilan data, dan administrasi sekolah digital sebagai pilar pendidikan abad ke-21.
Menurut laporan UNESCO (2023), 54% siswa di Asia Tenggara menggunakan internet tanpa pendampingan orang dewasa. Fakta ini menegaskan bahwa literasi digital harus menjadi karakter dasar yang diajarkan di sekolah. Bukan sekadar kemampuan teknis menggunakan gawai, tetapi juga nilai kritis, jujur, bertanggung jawab, dan empati di ruang digital.
“Di era informasi, buta huruf bukan lagi soal tidak bisa membaca, tapi tidak mampu memilah informasi yang benar,” kata Paul Gilster, penulis Digital Literacy.
Kemenangan Persija Jakarta 4-0 atas Persita (DetikSport, 16 Agustus 2025) menjadi contoh nyata bagaimana strategi yang jelas dan eksekusi tepat mampu menghasilkan prestasi. Gol Allano bukan hanya hasil keterampilan individu, tetapi juga bukti bahwa tim dengan rencana matang akan memenangkan pertandingan.
Hal yang sama berlaku di dunia pendidikan. Visi besar kepala sekolah tidak akan berdampak jika tidak diterjemahkan ke dalam action plan konkret yang melibatkan guru, staf, siswa, dan orang tua.
Literasi digital membentuk siswa yang mampu menyaring informasi, berpikir kritis, dan beretika. Dengan dukungan sistem informasi sekolah, guru dan orang tua dapat berkolaborasi untuk menanamkan nilai kejujuran dan tanggung jawab.
Sementara itu, keterampilan data melatih siswa berpikir logis, analitis, dan berbasis fakta. World Economic Forum (2025) bahkan menempatkan keterampilan data sebagai 5 kompetensi terpenting abad ini.
Sekolah yang menerapkan administrasi sekolah digital dan manajemen sekolah digital tidak hanya meningkatkan efisiensi, tetapi juga memberi teladan akuntabilitas kepada siswa.
Transformasi digital di sekolah bukan sekadar mengikuti tren. Dengan aplikasi sekolah terintegrasi dan software sekolah 4.0, kepala sekolah bisa menciptakan ekosistem transparan dan partisipatif.
Profesor Henry Jenkins dari MIT menegaskan, “Budaya partisipasi digital membentuk siswa yang lebih percaya diri, kolaboratif, dan siap berkontribusi dalam masyarakat modern.”
Langkah ini sejalan dengan solusi Kamadeva seperti SIM sekolah, aplikasi keuangan sekolah, hingga software administrasi sekolah yang dirancang untuk memperkuat transparansi dan akuntabilitas.
Menurut Dr. Stephen Covey, penulis The 7 Habits of Highly Effective People:
“Kepemimpinan yang efektif bukan tentang menyampaikan pidato yang inspiratif, melainkan tentang menerjemahkan aspirasi menjadi tugas-tugas konkret yang dapat dilakukan oleh semua orang.”
Hal senada diungkapkan Michael Fullan, ahli pendidikan global:
“Kepala sekolah yang efektif menginspirasi individu dan membangun tim. Mereka menyelaraskan tujuan bersama dengan pertumbuhan profesional individu, menciptakan sinergi di mana keseluruhan lebih besar dari jumlah bagiannya.”
Sebagai penyedia solusi digital pendidikan, Kamadeva mendukung sekolah dalam perjalanan transformasi ini. Mulai dari aplikasi sekolah, aplikasi perpustakaan sekolah, hingga software pembayaran sekolah, semua dirancang untuk memudahkan sekolah dalam membangun budaya digital yang sehat.
Dengan ekosistem digital yang kuat, sekolah tidak hanya melahirkan siswa yang cerdas, tetapi juga berkarakter kritis, etis, dan visioner.
Kamadeva adalah penyedia solusi digital untuk sekolah, mulai dari administrasi sekolah online hingga software keuangan sekolah. Visi Kamadeva adalah membantu sekolah bertransformasi menjadi lebih efisien, transparan, dan siap melahirkan generasi unggul di era digital.