Di tengah dinamika dunia pendidikan yang terus berkembang, kepemimpinan kepala sekolah tidak lagi cukup hanya berperan sebagai administrator. Model kepemimpinan School CEO menempatkan kepala sekolah sebagai penggerak utama semangat, kolaborasi, dan inovasi di lingkungan sekolah. Salah satu aspek terpenting yang diangkat dalam pendekatan ini adalah bagaimana seorang pemimpin mampu memotivasi guru bukan dengan tekanan, melainkan inspirasi.
Mengacu pada riset The Paradoxical Relationship between Principals’ Transformational Leadership Styles and Teachers’ Motivation (Adarkwah & Zeyuan, 2020), kepemimpinan transformasional dinilai sebagai kunci utama membangkitkan semangat guru, terutama dalam kondisi kerja yang kompleks dan penuh tekanan. Riset ini selaras dengan pilar-pilar inti dalam konsep School CEO, khususnya Visioning, Decision Making, dan Stakeholder Collaboration.
“Guru tidak bisa lagi dianggap hanya sebagai pelaksana kurikulum. Mereka adalah mitra dalam menciptakan inovasi dan membentuk karakter generasi masa depan,” ujar Dwiarko Susanto, founder Kamadeva Coaching Academy. “Di sinilah peran School CEO menjadi vital—membangun visi yang hidup, mengambil keputusan strategis, dan merajut relasi antarpemangku kepentingan.”
Dalam konteks ini, banyak kepala sekolah mulai beralih dari pendekatan top-down menuju model kolaboratif. Mereka menggandeng guru dalam proses pengambilan keputusan, memberikan ruang kreatif, serta memfasilitasi dukungan administratif melalui teknologi. Beberapa sekolah bahkan telah mulai mengimplementasikan sistem informasi sekolah dan aplikasi sekolah terintegrasi yang tidak hanya mempercepat pelayanan, tapi juga meningkatkan kenyamanan kerja guru.
Selain itu, penerapan teknologi seperti manajemen sekolah digital dan software sekolah 4.0 terbukti mampu mengurangi beban administratif guru secara signifikan. Dengan adanya administrasi sekolah online, waktu guru untuk merancang strategi pengajaran menjadi lebih luas, dan energi yang sebelumnya tersita pada urusan teknis kini dapat dialihkan ke penguatan kualitas pembelajaran.
Melalui pendekatan ini pula, sekolah mampu menjadi ruang kerja yang sehat, suportif, dan penuh gairah. Guru merasa dihargai, didengar, dan dilibatkan dalam arah kebijakan sekolah. Tidak heran jika sekolah-sekolah yang dipimpin dengan gaya School CEO cenderung memiliki tingkat kepuasan kerja yang tinggi, serta pertumbuhan inovasi yang lebih cepat.
Sebagai penutup, transformasi semangat guru harus menjadi prioritas dalam pengelolaan sekolah modern. Sistem pendukung seperti sekolah gratis dan digitalisasi pendidikan menjadi langkah tak terpisahkan. Ke depan, kepemimpinan edukatif yang transformatif dan berorientasi pada kolaborasi adalah syarat utama untuk menavigasi kompleksitas pendidikan abad 21.