Yogyakarta, 25 Juni 2025 — Di tengah semangat transformasi pendidikan nasional, sebuah studi internasional memantik perhatian dunia pendidikan. Riset bertajuk The Paradoxical Relationship between Principals’ Transformational Leadership Styles and Teachers’ Motivation oleh Adarkwah & Zeyuan (2020) mengungkap fakta mengejutkan: gaya kepemimpinan transformasional yang selama ini dianggap ideal, ternyata bisa berbalik melemahkan semangat guru jika tidak diterapkan secara otentik.
Temuan ini menjadi sorotan dalam diskusi bertajuk “School CEO dan Kepemimpinan Autentik” yang digelar oleh Kamadeva Coaching Academy pekan ini. Mengacu pada kerangka School CEO, diskusi ini menegaskan pentingnya pilar Visioning, Decision Making, dan Stakeholder Collaboration dalam menavigasi motivasi guru di tengah perubahan sistem pendidikan digital.
“Gaya transformasional bukan soal karisma semata. Ia harus tumbuh dari relasi yang otentik dan kesadaran mendalam atas dinamika psikologis guru. Jika tidak, maka transformasi berubah jadi tekanan,” jelas Niken Ardyanti, fasilitator pelatihan School CEO dan pengamat pendidikan di Kamadeva.
Banyak kepala sekolah saat ini berlomba menerapkan inovasi teknologi dan digitalisasi sekolah. Namun, studi tersebut menyoroti bahwa guru bisa merasa kehilangan makna jika mereka hanya dilibatkan dalam tahap eksekusi, bukan dalam proses visi dan pengambilan keputusan.
Sebaliknya, gaya kepemimpinan yang melibatkan guru secara aktif sebagai co-creator justru memperkuat semangat kolaboratif dan memperkaya inovasi. Prinsip ini sejalan dengan pendekatan School CEO yang menempatkan guru sebagai mitra tumbuh, bukan sekadar objek supervisi.
Dalam era digital, transformasi sekolah semakin terfasilitasi oleh kehadiran sistem informasi sekolah, manajemen sekolah digital, serta aplikasi sekolah terintegrasi. Namun pemimpin sekolah perlu bijak: jangan sampai teknologi menjadi instrumen pengawasan berlebihan yang justru mengikis kepercayaan guru.
Alih-alih, pemanfaatan teknologi seperti administrasi sekolah online dan software sekolah 4.0 dapat diarahkan untuk mengurangi beban administratif guru dan memperluas partisipasi mereka dalam perencanaan sekolah.
Dalam konteks skema sekolah gratis yang kini digaungkan pemerintah, kepala sekolah menghadapi tantangan ganda: mengefisiensikan sumber daya sekaligus menjaga semangat dan motivasi guru. Di sinilah peran kepemimpinan transformasional yang autentik menjadi sangat krusial—bukan hanya memimpin visi besar, tapi juga menjaga nyala dalam diri para pendidik.
Kamadeva adalah lembaga pelatihan pendidikan berbasis kepemimpinan strategis dan inovasi sekolah yang telah berdiri selama 25 tahun. Program unggulannya, School CEO, telah membantu ratusan kepala sekolah dan yayasan dalam membangun ekosistem pendidikan yang hidup, inklusif, dan relevan dengan kebutuhan zaman digital.
Untuk informasi lebih lanjut, hubungi:
Gloria Ardhani – Konsultan Pendidikan Kamadeva Coaching Academy
Website: https://kamadeva.com