Aplikasi SIM Sekolah Digital - SISKO CLOUDAplikasi SIM Sekolah Digital - SISKO CLOUD
  • BLOG
  • NEWS
  • FEATURES
  • HELPDESK
  • TRAINING
  • REGISTER

Aku Kembali ke Sekolah, Tapi Bukan Sebagai Murid: Cerita Alumni yang Ingin Membalas Cinta

Juli 9, 2025KCA Academy

“Waktu kecil, aku pikir sekolah hanyalah tempat belajar. Tapi sekarang aku sadar—sekolah adalah tempat aku dibentuk menjadi manusia.”

Namaku Rendra. Lulusan angkatan 2005 dari SMP Negeri di sebuah kota kecil di Jawa Tengah. Hari ini, aku berdiri di depan gerbang sekolah yang dulu setiap hari kulewati dengan sepeda ontel. Sekolah ini masih sama: pohon flamboyannya, bangunan tua bercat pudar, suara lonceng yang khas—semuanya masih ada. Tapi yang berbeda adalah alasanku datang ke sini.

Hari ini aku kembali bukan sebagai murid, tapi sebagai alumni yang ingin membalas cinta.

Dulu Aku Pergi, Kini Aku Datang Membawa Kabar Baik

Setelah lulus, hidup membawaku jauh. Aku kuliah di Bandung, bekerja di Jakarta, dan kini punya usaha sendiri di bidang digital kreatif. Namun entah kenapa, sekolah ini tak pernah benar-benar hilang dari pikiranku. Kadang waktu sedang stuck di kantor, bayangan Bu Narti—guru Bahasa Indonesia yang selalu bilang “tulisanmu punya hati”—muncul begitu saja. Atau saat aku naik panggung sebagai pembicara, aku teringat Pak Joko yang dulu ngajarin aku cara berani bicara di depan kelas.

Mereka tidak tahu, betapa besar pengaruhnya dalam hidupku. Dan mungkin mereka tidak pernah minta imbalan apa pun. Tapi justru karena itu, aku merasa harus kembali.

Kami Para Alumni, Tak Lagi Diam

Tahun lalu, kami bikin grup alumni lintas angkatan di Telegram. Isinya ramai: ada yang jadi dokter, pengusaha, guru, pegawai negeri, sampai chef. Awalnya hanya nostalgia. Tapi perlahan, muncul satu keresahan yang sama: “Sekolah kita sekarang gimana, ya?”

Salah satu adik angkatan yang kini jadi guru di sana cerita: BOS sering telat cair, komputer lab rusak, bahkan buat ngecat kelas pun harus iuran dari guru. Padahal sekarang, sesuai keputusan MK, sekolah dasar dan menengah harus gratis. Dan di satu sisi, tuntutan tetap tinggi: harus digital, harus unggul, harus relevan.

Kami sadar, jika sekolah ini ingin tetap hidup dengan bermartabat, kami harus terlibat.

Bukan Sekadar Reuni, Tapi Fundraising untuk Masa Depan

Dari situ, lahirlah ide: Gerakan Alumni Kembali ke Rumah.

Bukan sekadar reuni dan foto bareng. Tapi reuni yang menghasilkan beasiswa untuk siswa yatim, bantuan laptop untuk kelas daring, dana operasional perpustakaan, dan mentoring karier dari alumni kepada adik kelas mereka. Bahkan kami berhasil bantu sekolah berlangganan aplikasi sekolah terintegrasi dari Kamadeva agar administrasinya nggak ribet lagi.

Kami bangga bisa bantu sekolah masuk ke era manajemen sekolah digital. Dari sistem informasi sekolah, kami bisa akses data alumni dan siswa aktif dengan cepat, bantu menyusun strategi fundraising berbasis data—bukan asumsi.

Kami para alumni jadi energi baru di balik layar, agar sekolah tetap menyala.

Cinta Tak Harus Menunggu Diundang

Satu hal yang aku pelajari: sekolah tak harus memohon pada alumninya. Tapi ia perlu membuka pintu dengan tulus. Ketika alumni merasa diterima dan dihargai, mereka akan datang—membawa ide, jejaring, bahkan dana.

Sekolah bisa mulai dari langkah kecil:

  • Buat direktori alumni digital lewat administrasi sekolah online
  • Undang alumni jadi narasumber dalam kelas tematik
  • Kirim laporan berkala tentang perkembangan sekolah
  • Libatkan alumni dalam proyek pengembangan sekolah

Pulang Adalah Sebuah Gerakan

Hari ini, aku pulang. Tapi bukan untuk mengulang masa lalu. Aku pulang untuk menciptakan masa depan—untuk adik-adik yang sekarang duduk di bangku yang dulu pernah kududuki. Dan aku percaya, aku bukan satu-satunya.

Ada ribuan alumni di luar sana yang diam-diam ingin pulang. Yang hanya butuh satu pintu terbuka, satu sapaan hangat, satu ajakan tulus.

Karena kadang, cinta yang paling kuat… adalah cinta yang membawa kita kembali ke rumah.

Previous post 🔥 Sekolah Bisa Runtuh Bukan Karena Kurikulum, Tapi Karena Kepala Sekolah Tak Pandai Merangkul Stakeholder

Related Articles

Vio Hampir Menyerah Cari Kerja, Sampai Ia Temukan 10 Pekerjaan Ini yang Nggak Bisa Digantikan Robot

Mei 6, 2025KCA Academy

Sekolah Dilarang Tarik Iuran? Ini Cara Cerdas Libatkan Orang Tua Tanpa Melanggar Aturan

Juni 10, 2025KCA Academy

👨‍👩‍👧 5 Alasan Orang Tua Harus Kenalkan Anak pada AI

April 21, 2025KCA Academy

Ingat Sekolah Ingat SISKO


Whatsapp

Whatsapp

0888 0611 7755



Phone

Phone

0888 0611 7755



Email

Email

[email protected]

 

 

 

Media Sosial

Email
Facebook
Twitter
LinkedIn
YouTube
Instagram

News dan Blog

  • Aku Kembali ke Sekolah, Tapi Bukan Sebagai Murid: Cerita Alumni yang Ingin Membalas Cinta
  • 🔥 Sekolah Bisa Runtuh Bukan Karena Kurikulum, Tapi Karena Kepala Sekolah Tak Pandai Merangkul Stakeholder
  • Kalau BOS Terlambat Cair, Apakah Sekolah Harus Pasrah? Inilah Saatnya Kepala Sekolah Melek Resource Inovasi
  • Kepala Sekolah, Jangan Takut Digitalisasi—Justru di Sana Aset Masa Depan Sekolah Tersembunyi!
  • Tarif Listrik Naik, Dana Sekolah Tetap: Saatnya Kepala Sekolah Berani Ambil Kendali!
  • Dari Kepala Sekolah ke School CEO: Kisah Sunyi yang Tak Pernah Diceritakan
  • Visioning School: Saatnya Kepala Sekolah Menjadi Arsitek Masa Depan, Bukan Tukang Administrasi
© 2015-2023 All rights reserved. SISKO by Kamadeva.