Mulai 1 Juli 2025, pelanggan listrik prabayar dan pascabayar di Indonesia menghadapi tarif baru. Menurut laporan Kompas, lonjakan kebutuhan energi rumah tangga dan sekolah tetap tak terhindarkan. Namun, apakah sekolah juga mendapat penyesuaian anggaran dari negara? Tidak. Maka, pertanyaannya: apakah kepala sekolah akan diam menunggu—atau memilih bertindak strategis?
Kondisi keuangan sekolah tidak hanya dipengaruhi oleh dana BOS atau bantuan operasional dari pemerintah. Lonjakan biaya listrik, internet, dan kebutuhan operasional lainnya menjadi “silent killer” bagi banyak sekolah. Saat itulah pentingnya peran seorang kepala sekolah bukan hanya sebagai administrator, tetapi pemimpin visioner yang mampu membuat keputusan tepat dalam tekanan.
Menjadi kepala sekolah hari ini tidak cukup dengan kemampuan administratif. Mereka dituntut mampu mengambil keputusan cepat, tepat, dan berdampak. Inilah saatnya kepala sekolah bertransformasi menjadi School CEO, pemimpin strategis yang mengelola sumber daya sekolah layaknya perusahaan profesional.
Saya, Gloria Sarasvati Anindya, Konsultan Pendidikan dari Kamadeva Coaching Academy, telah bekerja sama dengan ratusan sekolah di seluruh Indonesia selama 25 tahun terakhir. Dari pengalaman itu, saya menyaksikan satu pola: sekolah yang mampu bertahan dan berkembang adalah sekolah yang dipimpin oleh pemimpin yang berani mengambil keputusan besar—bukan hanya menunggu instruksi atasan.
Pengambilan keputusan berkualitas tidak mungkin dilakukan tanpa data. Itulah sebabnya penggunaan sistem informasi sekolah bukan lagi kemewahan, tapi kebutuhan. Dengan aplikasi sekolah terintegrasi, kepala sekolah bisa mengetahui performa guru, perkembangan siswa, laporan keuangan hingga respons wali murid dalam satu klik.
Melalui manajemen sekolah digital, pengambilan keputusan menjadi lebih akurat dan berbasis data. Sementara administrasi sekolah online membantu memangkas birokrasi dan meningkatkan transparansi ke publik.
Kenaikan tarif listrik hanyalah contoh kecil dari ketidakpastian yang mungkin terjadi lagi. Jika kepala sekolah tidak memiliki kemampuan decision making yang kuat, sekolah akan mudah terguncang oleh tekanan eksternal.
Dengan software sekolah 4.0, sekolah dapat mengontrol alokasi dana lebih bijak, menemukan sumber pembiayaan alternatif, bahkan membangun jejaring digital yang kuat. Ini bukan hanya soal teknologi, tapi soal kemampuan melihat dan memanfaatkan peluang di tengah tekanan.
Saat tarif listrik naik dan bantuan belum tentu bertambah, hanya keberanian kepala sekolah mengambil keputusan yang bisa menyelamatkan masa depan sekolah. Jangan tunggu perintah. Jangan tunggu kebijakan. Pimpinlah.
“Kepala sekolah sejati tidak memimpin lewat dokumen, tapi lewat tindakan berbasis data dan keberanian.”
Yuuk saatnya tahu SISKO (Sistem Informasi Sekolah) untuk membantu Anda melewati masa kritis ini. Pelajari di kamadeva.com