Yogyakarta – Di tengah tren Squid Game Season 3 yang bikin penonton penasaran dengan strategi bertahan hidup, dunia pendidikan juga sedang menghadapi tantangan serupa: bagaimana kepala sekolah dan guru bisa “bertahan” dan bahkan melompat lebih jauh di tengah derasnya perubahan zaman.
Namun berbeda dari serial Korea itu, tantangan pendidikan tak bisa dihadapi dengan keberuntungan atau kekuatan otot. Dibutuhkan kepemimpinan transformatif, bukan sekadar administratif. Khususnya setelah diterapkannya kebijakan sekolah gratis oleh Mahkamah Konstitusi, yang menuntut sekolah untuk tetap unggul meski tanpa pungutan iuran dari orang tua.
Digitalisasi Bukan Tambahan, Tapi Fondasi Baru
Gloria Sarasvati Anindya, Konsultan Pendidikan dari Kamadeva Coaching Academy, menegaskan bahwa “Digitalisasi bukan hanya tren, tapi cara baru dalam menghidupkan visi sekolah. Kepala sekolah harus mulai melihat teknologi sebagai partner transformasi.”
Platform seperti Sistem Informasi Sekolah menjadi fondasi utama dalam membangun budaya data-driven. Dengan dukungan Manajemen Sekolah Digital dan Aplikasi Sekolah Terintegrasi, kolaborasi antar guru, siswa, dan manajemen menjadi lebih efektif dan responsif.
Leadership Tanpa Inovasi = Stagnasi
Saat dana BOS tak mencukupi, dan pungutan tidak lagi memungkinkan, kepala sekolah perlu berpikir layaknya CEO sosial. Mereka harus menciptakan ekosistem pendanaan yang berkelanjutan dengan menggandeng alumni, komunitas, dunia usaha, hingga platform crowdfunding. Bukan mengandalkan keberuntungan, tetapi membangun sistem.
“Sekolah perlu membekali diri dengan Software Sekolah 4.0,” tambah Gloria. “Itulah cara sekolah bisa hidup transparan, akuntabel, dan tetap berkelas meski tanpa iuran.”
Membangun Budaya Adaptif: Lebih dari Sekadar Patuh
Era sekarang bukan soal siapa yang paling patuh pada regulasi, tetapi siapa yang bisa menghidupkan budaya inovasi dan adaptasi. Lewat Administrasi Sekolah Online, kepala sekolah bisa membuka ruang partisipasi, efisiensi, dan keterlibatan semua elemen sekolah.
“Kepemimpinan sekolah bukan soal jabatan, tapi seberapa jauh ia mampu menyalakan harapan dan arah.”
— Gloria Sarasvati Anindya, Konsultan Pendidikan dari Kamadeva Coaching Academy
Masa Depan Sekolah Ada di Kepala yang Terbuka, Bukan Kursi yang Penuh
Saat tren digital, tantangan kebijakan, dan perubahan sosial bertemu, satu-satunya cara untuk tetap relevan adalah dengan mewujudkan kepemimpinan berbasis visi. SISKO hadir bukan sebagai solusi ajaib, tapi sebagai mitra kepala sekolah dalam melakukan transformasi yang terukur dan berdampak.
Dengan sistem terintegrasi dari Kamadeva, sekolah tak lagi dikelola secara reaktif, tapi proaktif. Kepala sekolah tak lagi sekadar mengurus administrasi, tapi menjadi arsitek masa depan pendidikan.
Karena di era ini, yang bertahan bukan yang paling kuat, tapi yang paling mampu berubah.